Kecuali sebagian kita yang memang sudah kaya sejak lahir, pada satu
suatu saat, kita tentu pernah bermimpi untuk menjadi kaya. Berbagai
bayangan enaknya menjadi orang kaya pasti pernah “hinggap” di kepala
kita, dari mulai, istana dengan lapangan rumput yang dipotong rapi dan
kolam renang yang amat besar hingga memiliki pulau pribadi, mobil sport
mahal, jet pribadi beserta setumpuk uang untuk membeli apapun yang kita
inginkan.
Dalam
kenyataannya, kebanyakan dari kita yang merasa kondisi saat ini sudah
cukup baik., sehingga kita jadi malas berusaha lebih keras lagi. Asalkan
dapat memperoleh gaji, menyekolahkan putra-putri dan memenuhi kehidupan
sehari-sehari, ini semua sudah cukup bagi banyak orang.
Namun, itu
semua ternyata tak menjamin. Dalam jangka panjang, banyak yang justru
jatuh miskin karena terlilit utang dan tak pandai mengelola kekayaannya
dengan baik. Inilah alasan mengapa sebagian kita sulit menjadi kaya.
Apakah hal ini juga terjadi pada Anda? Berikut penjelasannya.
Lebih Besar Pasak daripada Tiang
Menurut
survei dari Country Financial Survey (CSF) di Amerika Serikat pada 2012,
banyak warga disana yang suka hidup bermewah-mewah, padahal gaji mereka
tidak mencukupi gaya hidupnya tersebut.
Lebih dari
52 persen responden menghabiskan uang di atas gaji bulanannya. Artinya,
mereka membiayai hidupnya dari utang. Hanya sekitar sembilan persen
responden yang menyesuaikan gaya hidupnya sesuai dengan pendapatan
mereka.
Menabung Terlalu “Dikit”, Tak Punya Dana Cadangan
Idealnya,
dana cadangan yang perlu kita memiliki di tabungan adalah paling tidak
enam kali total pendapatan bulanan. Namun, tak dapat dimungkiri, hal ini
lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Dikutip dari
riset yang sama, totalnya, warga Amerika Serikat hanya menabungkan 4,9
persen pendapatan bulanannya. Jumlah ini merosot jauh dari 14,6 persen
di tahun 1975. Karena itulah, pemerintah AS pada tahun 2013 menyarankan
warganya agar lebih rajin menabung serta menumpuk aset atau kekayaan
mereka.
Soalnya, 54
persen warga AS ternyata menghabiskan penghasilannya untuk membeli
produk keuangan dalam kategori yang spesifik, seperti tabungan kesehatan
dan pendidikan.
Suka Meminta Uang kepada Anggota Keluarga dan Teman
Jika kita
masih suka meminta uang kepada keluarga dan teman, itu artinya kita
belum bisa menjaga kelancaran arus kas pribadi dengan baik. Dengan
demikian, kita masih bergantung kepada orang lain untuk membiayai
sehari-hari.
Kecuali kita
menggunakan uang tersebut sebagai modal usaha dengan tingkat
pengembalian sesuai permintaan anggota keluarga dan teman, kita
sebenarnya masih memiliki gaya hidup mewah yang membuat kantong gampang
bolong.
Suka Beli Barang Keluaran Terakhir
Barang edisi terkini belum tentu dapat menjadi sebuah investasi. Apalagi jika barang-barang tersebut berupa gadget,
koleksi fashion serta kendaraan keluaran terbaru, membeli produk-produk
ini hanya mengakibatkan tabungan kita semakin menipis. Alasannya, dalam
kurun waktu satu tahun, harga barang-barang ini biasanya turun sebanyak
30 persen.
Tak Punya Rencana Masa Depan yang Jelas
Banyak orang
mau menjadi kaya, tapi jika mereka tak pernah meluangkan waktunya untuk
merencanakan masa depan keuangannya secara matang dan jelas, maka
keinginan tersebut hanya akan berakhir sebagai sebuah impian belaka.
Tanpa
rencana yang jelas, kita hanya akan mencari -cari alasan betapa banyak
kebutuhan pribadi yang harus dipenuhi saat ini dan menunda-nunda waktu
untuk menabung dan berinvestasi. Sebagai informasi, jika kita kesulitan
untuk merencanakan masa depan keuangan pribadi secara sendiri, maka kita
bisa menggunkan layanan perencana keuangan yang terpercaya.
Pesimis untuk Bisa Jadi Kaya
Menghadapi
semua permasalahan hidup terkadang membuat kita merasa pesimis. Padahal
untuk bisa maju kita harus punya sikap optimis. Ketika memutuskan ingin
menjadi orang kaya, hal terpenting yang harus dimilikinya adalah
optimisme dan keyakinan yang tinggi untuk mewujudkan impian tersebut.
Para orang kaya dunia
bersedia untuk mengorbankan waktu dan tenaga serta secara konsisten
menjalankannya. Sikap optimistis ini yang memotivasi mereka untuk terus
menerus bekerja dan berusaha melipatgandakan kekayaannya.
Salah satu
cara agar kita bisa tetap optimis adalah dengan selalu berpikiran
positif. Dengan begitu, kita dapat menemukan celah positif dalam setiap
masalah yang tengah dihadapi. Awalnya mungkin sangat sulit, namun
cobalah mengambil energi dari masalah yang dihadapi dan gunakan untuk
masa depan kita. Kemudian, percayalah bahwa kerja keras kita akan selalu
membuahkan hasil!
0 komentar:
Posting Komentar